Iodium

 







Peran Iodium terhadap Imun

Iodium merupakan komponen dari hormone tiroid yaitu tiroksin dan triiodotironin, yang membantu mengatur aktivitas sel dan metabolisme. Hormon ini juga penting untuk sintesis protein, pertumbuhan jaringan (termasuk pembentukan system saraf yang sehat), mencegah penyakit gondok danmeningkatkan kesehatan tulang (Adelia dkk, 2018).

Iodium adalah zat gizi mikro yang esensial. Sebagai unsur halogen, iodium tidak ditemukan di alam dalam keadaan bebas, karena sangat reaktif. Unsur-unsur ini terdapat di alam sebagai senyawa garam. Iodium terdapat di alam dalam bentuk senyawa iodat dan iodide dalam lumut-lumut laut. Terdapat juga dalam bentuk iodide dari air laut yang terasimilasi dengan rumput laut,sendawa Chili, tanah kaya nitrat, air garamdari air laut yang disimpan, dan di dalam air payau dari sumur minyak dan garam (Sandjaja, 2009).

 

Fungsi Iodium terhadap Imun

Kelainan defisiensi iodium (gondok, keterbelakangan mental, hipotiroidisme, kretinisme, dan berbagai kelainan pertumbuhan dan perkembangan lainnya) adalah salah satu masalah kesehatan masyarakat utama di dunia, dengan lebih dari satu miliar individu tinggal di daerah di mana tanah dan makanan kurang menghasilkan iodium. Iodium adalah komponen penting dari dua hormon tiroid, tiroksin (T4) dan triiodothyronine (T3), dan aktivitas hormonal ini adalah satu-satunya fungsi fisiologis yang dikonfirmasi. Namun, secara in vitro, iodium telah diteliti berhasil bekerja dengan myeloperoxidase dari sel darah putih untuk membunuh bakteri.Iodium dapat merangsang sintesis IgG pada limfosit manusia secara in vitro (Adelia dkk, 2018).

Iodium diperkirakan dapat melindungi perut dari risiko terkena kanker lambung melalui mekanisme antioksidan. Defisiensi Iodium telah dilaporkan menjadi faktor risiko pengembangan defisiensi imun, mekanisme yang mendasari kekurangan putatif ini belum teridentifikasi. Suplementasi iodium didaerah yang ditandai dengan tingginya defisiensi iodium berat dikaitkan dengan penurunan angka kematian bayi, walaupun diperkirakan bahwa ini terutama sebagai hasil pencegahan hipotiroidisme daripada akibat perbaikan pada pertahanan kekebalan tubuh. Di Cina, populasi yang ditandai dengan asupan iodium rendah sering juga ditandai dengan asupan selenium dan tembagarendah. Dengan demikian, kelainan imun yang diamati pada populasi ini dapat memiliki banyak asal-usul. Asupan iodium yang berlebihan dapat menyebabkan hipotiroidisme, serta hipertiroidisme akut, yang dapat ditandai dengan gangguan aktivitas sel pembunuh alami. Intake iodium berlebih dikaitkan dengan peningkatan risiko tiroiditis autoimun. Iodium dapat menyebabkan perubahan stereokimia dalam konformasi tiroglobulin yang meningkatkan antigenisitasnya. Meskipun konsentrasi serum antibodi tiroid telah dilaporkan dalam beberapa penelitian lebih rendah pada individu dengan defisiensi iodium ringan dibandingkan pada individu dengan defisiensi sedang, tetapi ini bukan temuan yang konsisten. Indikator status iodin iodium urin adalah metode standar untuk menilai status iodium dan kecukupan asupan. Tingkat di bawah 20 μg / Lmenunjukkan defisiensi berat, defisiensi 20-49 μg / L sedang, dan defisiensi ringan 50-99 μg / L. Nilai antara 100 dan 200 μg / L dianggap memuaskan. Tes fungsi tiroid harus dilakukan saat konsentrasi iodium urin rendah (Adelia dkk, 2018).

Jeri Kurniawan 

Daftar Pustaka 

Adelia AU, dkk. 2018. Hubungan Zat Gizi Mikro (Mineral) dengan Sistem Imun. Program Studi DIV Gizi Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang.

 

 

Komentar